Aliansi Perdamaian kembali menggelar Peace & Cultural Day 2025 pada Minggu, 21 September 2025 di Car Free Day Boulevard, Makassar. Kegiatan yang digelar bertepatan dengan Hari Perdamaian Internasional ini menjadi ruang ekspresi seni, budaya, dan aksi simbolis untuk menyerukan keadilan serta perjuangan tanpa kekerasan.
Acara dimulai sejak pagi dengan menghadirkan berbagai penampilan seni, mulai dari musik, tari, teater, hingga monolog. Selain itu, kampanye poster damai, dekorasi bunga perdamaian, dan aksi simbolik lainnya turut memberi warna dalam perayaan tersebut.
Sejak awal digagas, Peace & Cultural Day memang dirancang sebagai agenda tahunan yang mempertemukan lintas komunitas, organisasi iman, dan kelompok kebudayaan. Puluhan organisasi di Makassar setiap tahun berkolaborasi menggerakkan agenda perdamaian melalui medium seni dan budaya.


Persatuan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi) Sulawesi Selatan hadir dengan nuansa khas melalui atraksi barongsai. Kehadiran barongsai tidak hanya memeriahkan panggung, tetapi juga menjadi bentuk nyata upaya Permabudhi dalam merawat keberagaman budaya sekaligus mempertegas pesan harmoni di tengah masyarakat.
Selain menghadirkan atraksi budaya, Ketua Permabudhi Sulsel, Dr. Ir. Yonggris, M.M, juga memanjatkan doa bagi keselamatan seluruh makhluk hidup di tengah ribuan peserta yang memadati area kegiatan. Doa tersebut dilanjutkan dengan pelepasan burung merpati ke udara Kota Makassar sebagai simbol harapan akan terciptanya perdamaian, keamanan, dan kesejahteraan.
Partisipasi Permabudhi dalam Peace & Cultural Day 2025 merupakan wujud komitmen kuat umat Buddha untuk terus aktif dalam gerakan lintas iman yang mengedepankan nilai kasih, kebersamaan, dan persaudaraan. Permabudhi menegaskan bahwa keberagaman budaya bukan sekadar warisan, melainkan fondasi penting bagi terciptanya perdamaian berkelanjutan.

Dengan kehadiran berbagai elemen masyarakat, Peace & Cultural Day 2025 kembali menegaskan bahwa seni dan budaya dapat menjadi medium kuat untuk menyuarakan keadilan tanpa kekerasan. Melalui kolaborasi lintas identitas, kegiatan ini memperlihatkan bahwa perdamaian bukan hanya cita-cita, melainkan sesuatu yang bisa diwujudkan bersama di tengah keberagaman Kota Makassar.
