Gerakan kebersihan massal dalam rangka World Cleanup Day (WCD) 2025 turut diwarnai partisipasi aktif Persatuan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi) Kota Makassar. Kegiatan yang berlangsung di pesisir Pantai Tanjung Biru menuju Tanjung Bunga, Sabtu pagi, 20 September 2025, melibatkan ribuan peserta lintas lembaga, mulai dari pemerintah kota, dinas lingkungan hidup, hingga organisasi masyarakat.
Ketua Permabudhi Kota Makassar, Suzanna, S.E, menegaskan bahwa WCD tidak boleh dipandang sebagai momentum tahunan semata, melainkan harus ditransformasikan menjadi gerakan massif. “Gerakan ini harus menjadi gerakan yang massif sehingga bisa membangun kesadaran dalam merawat dan mencintai lingkungan, tidak sekadar momentuman,” kata Suzanna.
Permabudhi Makassar, kata dia, sejak lama mendorong kesadaran kolektif menjaga bumi melalui program nasional bertajuk Eco Dhamma. Melalui program itu, umat Buddha didorong untuk mengintegrasikan nilai spiritual dengan kepedulian lingkungan. “Gerakan ini sejalan dengan kampanye Permabudhi Kota Makassar yang telah ditetapkan menjadi program nasional Permabudhi yaitu Eco Dhamma. Kami siap selalu berkontribusi dan berkolaborasi bersama berbagai pihak dalam program penyelamatan lingkungan,” ujarnya.
Di Makassar, salah satu bentuk nyata implementasi Eco Dhamma adalah kampanye ego to eco melalui gerakan “makan habis tanpa sisa”. Program ini ditujukan untuk mengurangi timbulan sampah makanan yang selama ini menjadi salah satu penyumbang terbesar di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Selain itu, Permabudhi juga menggalakkan edukasi dan penanaman biopori di lingkungan vihara dan masyarakat. “Upaya ini untuk memastikan angka sampah tidak berujung ke TPA. Kesadaran harus dimulai dari diri sendiri, dari rumah ibadah, dari vihara kita rawat bumi,” kata Suzanna.
World Cleanup Day 2025 di Makassar sendiri dipimpin langsung Wali Kota Munafri Arifuddin bersama jajaran pemerintah kota, organisasi masyarakat, hingga komunitas kepemudaan. Dalam kesempatan itu, Munafri menegaskan gerakan bersih pantai adalah bukti nyata komitmen warga Makassar menjaga kebersihan kota sekaligus kelestarian lingkungan pesisir.
Dengan keterlibatan aktif berbagai elemen masyarakat, termasuk Permabudhi, gerakan ini diharapkan tak berhenti pada aksi bersih-bersih semata. “Yang paling penting adalah melahirkan kebiasaan baru, sebuah budaya kolektif untuk merawat lingkungan. Dari pantai yang kita jaga hari ini, lahir generasi yang lebih sehat di masa depan,” ujar Suzanna menutup pernyataannya.
