Persatuan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi) Kota Makassar memulai langkah hijau melalui kegiatan Eco Dhamma Journey, kunjungan edukatif ke Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R) Karebosi pada Minggu, 12 Oktober 2025. Kegiatan ini dirancang sebagai upaya membangun kesadaran ekologis umat Buddha agar lebih peka terhadap persoalan lingkungan yang kian mendesak.
Rombongan pengurus Permabudhi Makassar menyimak penjelasan dari Nahda, pendamping TPS3R Karebosi, tentang sistem pengelolaan sampah terpadu. Dari pemilahan di sumber hingga proses daur ulang, para peserta diajak menyaksikan langsung bagaimana sampah yang selama ini dianggap beban justru dapat menjadi sumber daya baru jika dikelola dengan benar.
Ketua Permabudhi Kota Makassar, Suzanna, S.E., menilai kegiatan ini sebagai langkah awal untuk mengubah cara pandang umat terhadap lingkungan.
“Kami ingin pengurus dan umat melihat bahwa perubahan bisa dimulai dari hal kecil. Dari rumah sendiri, lalu menyebar ke vihara dan komunitas,” katanya.
Ia menegaskan bahwa gerakan lingkungan bukan sekadar wacana, tetapi praktik spiritual yang lahir dari nilai-nilai Dhamma.
Eco Dhamma Journey menjadi bagian dari gerakan Eco Dhamma, inisiatif nasional umat Buddha yang menekankan keseimbangan antara kehidupan spiritual dan tanggung jawab terhadap alam. Dalam ajaran Buddha, kesadaran terhadap penderitaan makhluk hidup juga mencakup kepedulian terhadap bumi yang menampung seluruh kehidupan. Dengan semangat itu, Permabudhi Makassar berupaya menghadirkan Dhamma dalam tindakan sehari-hari, mulai dari menjaga kebersihan hingga mengelola sampah.
Sebagai tindak lanjut, Permabudhi Kota Makassar tengah menyiapkan program Eco Vihara, sebuah gerakan lingkungan berbasis rumah ibadah yang akan diluncurkan pada Oktober ini. Melalui gerakan tersebut, vihara didorong menjadi pusat pembelajaran ekologis bagi umat.

“Tanpa lingkungan yang terjaga, kita tidak bisa beraktivitas di bumi,” ujar Suzanna, menegaskan komitmen Permabudhi Kota Makassar terhadap keberlanjutan lingkungan.
Peluncuran program Eco Vihara akan ditandai dengan kegiatan edukasi lingkungan dan pembuatan lubang biopori di vihara sebagai simbol pengelolaan sampah organik yang ramah bumi. Permabudhi Kota Makassar juga akan membagikan pipa biopori kepada umat Buddha untuk diterapkan di rumah masing-masing. Selain itu, sosialisasi ke vihara-vihara akan digencarkan agar setiap komunitas dapat mandiri dalam mengelola sampahnya.
Dengan inisiatif ini, Permabudhi Kota Makassar tak sekadar mengampanyekan gaya hidup hijau, tetapi menanamkan cara berpikir baru: bahwa spiritualitas tak berhenti di altar, melainkan juga hidup dalam tindakan menjaga bumi. Sebab bagi umat Buddha, merawat lingkungan adalah bentuk penghormatan tertinggi kepada kehidupan itu sendiri.







