Ketua Persatuan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi) Kota Makassar, Suzanna, S.E., M.Pd, menegaskan pentingnya membangun kesadaran kolektif dan aksi nyata dalam mengurangi pemborosan pangan. Hal itu disampaikannya saat menghadiri kegiatan Diseminasi Gerakan Stop Boros Pangan untuk Penyedia Pangan yang dilaksanakan oleh Bidang Kerawanan Pangan dan Gizi, Dinas Ketahanan Pangan Kota Makassar, di Ruang Sipakatau, Balai Kota Makassar, Jumat (31/10/25).
Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala SPPG se-Kota Makassar, Dr. Hasnawati Habibie selaku Tenaga Ahli Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Sulsel, serta perwakilan dari berbagai instansi dan lembaga masyarakat. Kegiatan ini bertujuan untuk menciptakan gerakan dan solusi kolaboratif dalam menekan angka pemborosan pangan di Kota Makassar.
Berdasarkan pemaparan Dr. Hasnawati Habibie, Indonesia saat ini menempati posisi kedua dunia sebagai negara dengan tingkat pemborosan pangan tertinggi setelah Arab Saudi. Sementara di Sulawesi Selatan, hasil penelitian Universitas Negeri Makassar (UNM) tahun 2022 menunjukkan bahwa sekitar 45% dari total sampah yang dihasilkan merupakan sampah makanan. Fakta ini memperlihatkan perlunya sinergi lintas sektor—pemerintah, lembaga sosial, hingga masyarakat umum—untuk mengubah pola konsumsi menuju perilaku yang lebih berkelanjutan.
Ketua Permabudhi Kota Makassar, Suzanna dalam kesempatannya menyampikan bahwa solusi pengurangan food waste harus dimulai dari perubahan perilaku individu dan edukasi lingkungan.
“Permabudhi melalui gerakan Ego to Eco terus menggaungkan ajakan makan habis tanpa sisa. Kami bekerja sama dengan hotel-hotel, rumah makan, dan rumah tangga untuk menumbuhkan budaya tidak menyisakan makanan,” ujarnya.
Ia menekankan bahwa upaya kecil yang dilakukan secara konsisten dapat menjadi langkah besar dalam menjaga keseimbangan alam dan meminimalisir dampak lingkungan.
Lebih lanjut, Suzanna menyoroti pentingnya edukasi sejak usia dini, terutama melalui pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di sekolah-sekolah. Menurutnya, anak-anak perlu dibekali pemahaman bahwa makanan adalah anugerah yang tidak boleh disia-siakan.

“Dari data lapangan, masih banyak anak-anak kita yang tidak menghabiskan porti makanan bergizi gratisnya. Edukasi kepada siswa dan orang tua menjadi sangat penting agar kesadaran ini tertanam sejak dini,” tegasnya.
Kehadiran Permabudhi Makassar sebagai satu-satunya organisasi keagamaan dalam kegiatan ini menegaskan komitmen umat Buddha terhadap isu ketahanan pangan dan kelestarian lingkungan. Permabudhi mengajak seluruh pihak untuk bergerak bersama menciptakan gerakan nyata dan solusi kolaboratif demi masa depan bumi yang lebih lestari dan berkeadilan pangan.







