Menu

Mode Gelap
Mukernas IV Permabudhi, Gubernur Sulsel Serukan Pengabdian Tanpa Batas Dari Makassar, Ditjen Bimas Buddha Serukan Sinergi Umat untuk Bangsa di Mukernas IV Permabudhi Mukernas IV Sukses di Gelar, Permabudhi Sulsel : Makassar Saksi Peluncuran Gerakan Eco Dhamma Umat Buddha Indonesia Menapaki Cahaya Baru di Vihara Lahuta Maitreya: Ucapan Selamat atas Peresmian Purna Pugar dari Gemabudhi Sulsel Memperingati Hari Kenaikan Isa Al-Masih: Sebuah Salam Damai dari GEMABUDHI Sulawesi Selatan Sannipata Permabudhi 2025: Kehangatan dalam Kebersamaan Umat Buddha di Sulawesi Selatan

Opini

Refleksi Pilkada, Ketua Permabudhi Sulsel : Hak, Kewajiban, dan Pentingnya Persaudaraan di Tengah Demokrasi

badge-check


					Refleksi Pilkada, Ketua Permabudhi Sulsel : Hak, Kewajiban, dan Pentingnya Persaudaraan di Tengah Demokrasi Perbesar

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) adalah momen penting dalam perjalanan demokrasi Indonesia. Namun, di balik gegap gempita kampanye dan persaingan politik, terselip tanggung jawab besar yang harus diemban oleh setiap warga negara.

Dr. Ir. Yonggris, MM, Ketua Persatuan Umat Buddha (Permabudhi) Sulawesi Selatan, seusai deklarasi Pilkada damai di Makassar, 28 Agustus 2024 memberikan pandangan, juga mengingatkan kita semua tentang makna mendalam dari hak pilih yang kita miliki.

Menurut Yonggris, hak pilih bukan sekadar formalitas, melainkan sebuah tanggung jawab moral. Setiap orang yang mempergunakan haknya dengan baik adalah mereka yang benar-benar memahami pentingnya peran mereka dalam menentukan masa depan bangsa.

Tiga Poin Refleksi Menjelang Pilkada

Pertama, Pilkada menurutnya adalah ajang untuk menunjukkan dedikasi kita kepada negara, bukan sekadar mengikuti arus atau tergoda oleh iming-iming materi.

Ia menekankan bahwa setiap pemilih memiliki alasan masing-masing dalam menentukan pilihan. Ada yang tergoda oleh materi, namun ada pula yang memilih dengan niat tulus demi kebaikan bangsa dan negara. Kedua motivasi ini menggambarkan spektrum pemikiran yang ada di masyarakat, namun yang paling penting adalah kesadaran bahwa pilihan kita memiliki konsekuensi besar bagi masa depan bersama.

Kemudian yang kedua, Yonggris menekankan bahwa Pilkada adalah kewajiban kita untuk memperbaiki kondisi bangsa. Setiap suara yang kita berikan adalah kontribusi nyata dalam membentuk masa depan yang lebih baik. Apapun hasilnya nanti, yang terpenting adalah bahwa kita telah berusaha memilih yang terbaik sesuai dengan nurani kita.

“Apa yang terbaik itulah yang harus kita pilih, terlepas pilihan kita benar atau tidak, tetapi yang paling penting kita sudah memberikan yang terbaik untuk pilihan kita,” Ungkapnya.

Lebih jauh, yang ketiga, Yonggris menilai di tengah panasnya persaingan politik, ada hal lain yang tak kalah penting untuk dijaga: hubungan sosial. Yonggris dengan tegas mengingatkan agar Pilkada tidak menjadi ajang yang merusak ikatan keluarga dan persahabatan. Demokrasi seharusnya menjadi alat pemersatu, bukan pemecah belah.

Dalam suasana yang sering kali tegang, penting untuk diingat bahwa Pilkada hanyalah sebuah episode sementara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Persaudaraan, sebaliknya, adalah hal yang abadi. Kita mungkin berbeda dalam pilihan politik, tetapi persaudaraan dan rasa saling menghormati harus tetap diutamakan.

Mengutip kutipan Pejabat Gubernur Sulsel, Prof. Zudan Arif Fakrulloh “Berpolitik secukupnya, bersaudara selamanya.”

Yonggris mengajak kita semua untuk menjadikan Pilkada sebagai ajang politik yang secukupnya, dengan tetap menjaga kebersamaan dan keharmonisan. Karena pada akhirnya, Pilkada akan berlalu, tetapi hubungan antarmanusia akan terus berjalan.

Pesan Ketua Permabudhi Sulsel ini seharusnya menjadi pengingat bagi kita semua di tengah hiruk-pikuk politik. Bahwa lebih dari sekadar memilih pemimpin, kita juga sedang memilih untuk menjaga keutuhan sosial kita sebagai bangsa. Semoga siapapun yang terpilih nanti, adalah pilihan yang terbaik untuk masa depan bangsa dan negara.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Dr. Yonggris : Keseimbangan Spiritualitas dan Kemanusiaan Adalah Jiwa Bulan Bakti Permabudhi

12 Mei 2025 - 04:39 WITA

Deklarasi Istiglal: Tonggak Penting Kehidupan Beragama untuk Kemanusiaan dan Lingkungan Hidup

2 Januari 2025 - 01:29 WITA

Persekusi dan Kerusuhan Chittagong : Simbol Krisis Keberagaman di Bangladesh

11 November 2024 - 04:17 WITA

Kemah Orang Muda Lintas Iman Batch 2: Suatu Langkah Maju Menuju Indonesia Inklusif

29 Oktober 2024 - 09:39 WITA

Ketua Permabudhi Sulsel: IKN sebagai Ikon Kerukunan dan Simbol Persatuan Nasional

26 September 2024 - 07:26 WITA

Trending di Opini