Makassar, 30 Agustus 2024 – Forum Perempuan Pemimpin Makassar (FPPM) menggelar seminar dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-79. Seminar ini mengangkat tema besar “Perlindungan dan Pemenuhan Hak Perempuan dan Anak” dengan fokus pada isu kekerasan terhadap perempuan dan anak yang terus meningkat di Indonesia.
Acara yang diadakan di Baruga Islamic Centre IMMIM ini menghadirkan sejumlah narasumber, di antaranya Achi Solaeman, S.STP, M.Si, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak Kota Makassar, Nuranti Madjid, SE., M.Si, pemerhati masalah perempuan dan anak, Dr. Sofyan Thamrin, S.Pd., M.Pd, sosiolog, dan Warida Safie, S.H., Direktur Eksekutif ICJ yang bertindak sebagai moderator.
Puluhan organisasi wanita di Makassar turut hadir dalam acara ini, tak terkecuali Persatuan Wanita Buddhis (Perwadhi) Sulawesi Selatan, kehadiran Perwadhi mempertegas komitmen sinergi dan kolaborasi dalam memberantas kekerasan terhadap perempuan dan anak di Sulawesi Selatan.
Terpisah, Ketua FPPM, Dr. Nur Fadjri Fadeli Luran, menyoroti makna kemerdekaan yang seringkali tidak dirasakan oleh banyak perempuan dan anak di Indonesia.
Ia menggarisbawahi bahwa meski Indonesia telah merdeka, banyak dari mereka yang kemerdekaannya terampas akibat kekerasan, eksploitasi, dan perdagangan manusia. “Kita harus bertanya pada diri kita sendiri, apa yang sudah kita lakukan untuk membantu mereka yang tidak berdaya?” ucapnya penuh empati.





Ia menggarisbawahi bahwa meski Indonesia telah merdeka, banyak dari mereka yang kemerdekaannya terampas akibat kekerasan, eksploitasi, dan perdagangan manusia. “Kita harus bertanya pada diri kita sendiri, apa yang sudah kita lakukan untuk membantu mereka yang tidak berdaya?” ucapnya penuh empati.
Konjen Australia di Makassar, Mr. Todd Dias, yang hadir sebagai keynote speaker, menyampaikan apresiasinya terhadap topik yang diangkat dalam seminar ini. Ia menekankan pentingnya kolaborasi internasional dalam memerangi kekerasan terhadap perempuan dan anak, dan menyoroti kesamaan tantangan yang dihadapi oleh Indonesia dan Australia dalam menghadapi isu ini. Dias juga mengingatkan bahwa kekerasan dalam bentuk apapun tidak bisa diterima.

Ketiga narasumber, yakni Achi Solaeman, Nuranti Madjid, dan Dr. Sofyan Thamrin, secara mendalam membahas tantangan, masalah, serta langkah-langkah strategis yang perlu diambil untuk menekan angka kekerasan terhadap perempuan dan anak. Diskusi ini mencakup berbagai perspektif, mulai dari kebijakan pemerintah hingga peran masyarakat dalam mencegah kekerasan.
Seminar ini juga menjadi ajang refleksi bagi para peserta. Para narasumber sepakat bahwa kesadaran dan sinergi antar-elemen masyarakat sangat penting dalam mewujudkan “kemerdekaan” sejati bagi perempuan dan anak dari segala bentuk kekerasan. FPPM berharap, dengan semakin seringnya diskusi seperti ini digelar, akan semakin tumbuh kesadaran bersama untuk bertindak nyata dalam memerangi kekerasan.
Acara ini tidak hanya memperingati kemerdekaan Indonesia, tetapi juga menjadi momentum penting untuk mendorong perlindungan dan pemenuhan hak-hak perempuan dan anak. Komitmen lintas agama dan lintas elemen masyarakat yang diperlihatkan dalam seminar ini diharapkan dapat menjadi langkah awal menuju terciptanya lingkungan yang lebih aman dan bebas dari kekerasan bagi seluruh perempuan dan anak di Indonesia.






