Pada peringatan Hari Perdamaian Internasional yang digelar dalam acara Peace and Cultural Night di Makassar, Sabtu (21/9/24), Ketua Permabudhi Sulawesi Selatan, Dr. Ir. Yonggris., MM, membacakan sebuah puisi bertajuk “Demokrasi Damai di Ambang Kampanye”.
Puisi tersebut hadir sebagai refleksi penting bagi masyarakat yang akan segera menghadapi masa kampanye Pilkada. Di tengah dinamika politik yang kerap memicu ketegangan, puisi ini menjadi seruan bagi seluruh elemen bangsa untuk menjaga kedamaian, persatuan, dan persaudaraan.
Puisi tersebut memulai dengan menggambarkan suasana kampanye yang mulai terasa di setiap penjuru kota hingga ke desa-desa. Meski suara mulai menggema, Yonggris mengingatkan bahwa di balik keramaian dan sorak-sorai, ada harapan yang harus terus menuntun langkah kita.
Lirik Puisi “Demokrasi Damai di Ambang Kampanye”:
Di ambang kampanye, suara mulai menggema,
Di setiap sudut kota, hingga jauh di desa,
Namun ingatlah, di atas bising dan sorak,
Ada harapan yang menuntun langkah kita.
Di antara keramaian dan janji pilkada,
Ada harapan yang ingin kita jaga,
Bukan hanya suara yang terucap di bilik,
Tapi damai yang mengalir di setiap detik.
Demokrasi bukan ajang saling hujat,
Bukan perang kata, bukan ladang amarah,
Tapi ruang bagi kita semua,
Untuk merajut masa depan bersama.

Pilkada ini bukan soal menang kalah,
Tapi bagaimana kita menjaga marwah,
Bahwa perbedaan bukanlah permusuhan,
Melainkan warna warni dalam satu tujuan.
Setiap pilihan adalah hak yang hakiki,
Tapi damai adalah tugas kita yang abadi,
Tak perlu gaduh, tak perlu benci,
Kita berbeda tapi tetap bersaudara.
Menjelang Pilkada, mari jaga hati,
Saling menghormati, saling mengerti,
Biarlah suara rakyat terdengar jernih,
Tanpa permusuhan, tanpa luka yang pedih.
Di Hari Perdamaian Sedunia ini,
Mari kita pegang erat janji,
Bahwa demokrasi adalah wujud kebebasan,
Tanpa merusak ikatan persaudaraan.
Berdemokrasi dengan hati yang bersih,
Bukan dengan dendam atau rasa sedih,
Karena damai itu ada di tangan kita,
Menjadi terang bagi bangsa, menjadi penjaga kita semua.
Pilkada damai, itulah harapan.
Bukan saling tikam dalam keangkuhan,
Tapi saling rangkul meski beda pandang,
Menjalin kerukunan, tanpa bimbang.
Pilkada hanya sementara
Kedamaian untuk selamanya
Berpolitik secukupnya
Bersaudara selamanya.
Dalam puisinya, Dr. Yonggris menyampaikan pesan penting bahwa demokrasi seharusnya menjadi wadah bagi kebebasan dan perbedaan pendapat, namun tanpa mengorbankan ikatan persaudaraan. Ia menekankan bahwa Pilkada bukanlah ajang untuk saling menghujat atau menebar kebencian, melainkan kesempatan untuk merajut masa depan bersama. Perbedaan pilihan politik tidak seharusnya menjadi pemicu permusuhan, tetapi harus dilihat sebagai kekayaan warna-warni dalam kehidupan berdemokrasi.
Yonggris juga mengajak masyarakat untuk menjaga hati menjelang Pilkada, mengedepankan rasa saling menghormati, dan menghindari pertikaian yang bisa merusak persaudaraan. Pesan moral dalam puisi ini menekankan bahwa setiap orang memiliki hak untuk memilih, namun menjaga kedamaian adalah tugas abadi yang harus dipegang erat.
Melalui puisi “Demokrasi Damai di Ambang Kampanye”, Dr. Yonggris menyampaikan harapan agar seluruh masyarakat mampu menjaga suasana damai dan harmonis selama proses Pilkada. Demokrasi yang sejati, menurutnya, adalah demokrasi yang diwarnai dengan kedamaian, tanpa dendam, tanpa kebencian, serta menghormati perbedaan yang ada di tengah masyarakat.