Pelataran Pinisi Universitas Negeri Makassar menjadi ruang bertemunya beragam komunitas pemuda dalam Manekawarna Peacetival 2025, Sabtu (22/11). Talkshow bertema “Bestari dan Berbudaya dalam Bhinneka” ini menghadirkan sejumlah narasumber muda lintas latar sebagai upaya merawat keberagaman dan memperkuat pesan damai di tengah derasnya arus digital dan modernisasi budaya.
Salah satu narasumber adalah Eko Setiono, aktivis muda Buddhis Sulawesi Selatan, yang menekankan pentingnya budaya dan nilai-nilai kearifan dalam membentuk karakter pemuda. Menurutnya, budaya adalah akar identitas bangsa yang menguatkan, membedakan, sekaligus menjadi fondasi bangsa yang berdaulat.
“Tanpa pondasi budaya, pemuda mudah kehilangan arah dan mudah terpengaruh provokasi negatif,” ujar Eko dalam sesi talkshow.
Eko menegaskan bahwa melestarikan budaya bukan sekadar merawat tarian, bahasa, atau ritual, tetapi menjaga nilai-nilai seperti gotong royong, sopan santun, persaudaraan, dan cinta tanah air. Nilai-nilai inilah, katanya, yang mampu membangun ketangguhan mental generasi muda di tengah gelombang modernisasi.
“Ketika nilai budaya dihayati, karakter pemuda menjadi lebih kuat dan tidak mudah terpecah oleh konflik,” tuturnya.
Dalam perspektif Buddhis, Eko mengajak pemuda melawan ketidakadilan tanpa terjebak emosi. Ia menyoroti ajaran Buddha tentang ucapan benar (sammā-vācā) dan ucapan penuh cinta kasih (metta) sebagai landasan menghadapi sifat-sifat otoriter di ruang sosial maupun digital.
“Kritik boleh, menegur boleh, tetapi harus tanpa kebencian. Tujuannya bukan menjatuhkan, tetapi meluruskan,” kata Eko. Pendekatan ini, menurutnya, adalah bentuk perlawanan yang mulia sekaligus aman.
Pandangan tersebut berpadu dengan perspektif para narasumber lain, termasuk konten kreator Rijal System, yang menyoroti pentingnya membangun ruang damai di media sosial melalui pendekatan budaya dan kearifan lokal. Pesan ini menegaskan bahwa perdamaian tidak hanya dibangun lewat wacana besar, tetapi melalui perilaku keseharian dan komunikasi yang sehat di ruang digital.
Ketua Lembaga Kajian Ilmiah Mahasiswa Bertakwa UNM, Wahyu Hidayat, menyampaikan bahwa Manekawarna Peacetival telah menjadi ruang tahunan bagi pemuda Makassar dalam merawat semangat kebersamaan.
“Kegiatan ini rutin dilaksanakan untuk menjaga spirit keberagaman dan perdamaian,” ujarnya. Puluhan organisasi pemuda dan mahasiswa turut hadir sebagai bentuk komitmen kolektif dalam menciptakan Makassar yang rukun dan harmonis.
Melalui rangkaian diskusi dan kolaborasi lintas komunitas, Manekawarna Peacetival 2025 kembali menegaskan bahwa perbedaan bukan ancaman, melainkan kekuatan. Pesan Eko Setiono tentang kebijaksanaan, welas asih, dan ketegasan yang berbudaya menjadi salah satu penegas bahwa generasi muda dapat melawan intoleransi tanpa kehilangan kejernihan batin. Sebuah sikap yang relevan, bernilai, dan sangat dibutuhkan di tengah kondisi sosial hari ini.







