Suasana sejuk kawasan Madiva, Malino, Kabupaten Gowa, akhir pekan ini menjadi saksi
hangatnya kebersamaan umat Buddha Sulawesi Selatan. Dalam rangka memperingati HUT ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia, Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi) Kota Makassar menyelenggarakan Kemah Merdeka, sebuah kegiatan yang menggabungkan nilai kebangsaan, kebersamaan, dan kecintaan pada alam, Minggu (17/8/25).
Selama dua hari, sekitar 30 peserta dari berbagai vihara di Makassar larut dalam rangkaian acara yang penuh makna. Tak hanya penyuluhan dan refleksi, Kemah Merdeka juga diwarnai permainan kreatif, diskusi ringan, serta kegiatan outdoor yang dirancang untuk menumbuhkan persaudaraan, sportivitas, dan gotong royong.
Ketua Permabudhi Kota Makassar, Suzanna, S.E., menegaskan bahwa Kemah Merdeka adalah ruang refleksi atas 80 tahun Indonesia merdeka. “Camp Merdeka ini menumbuhkan semangat kebersamaan, persatuan, juga menguatkan nasionalisme dan kebangsaan bagi generasi muda. Mencintai tanah dan air berarti mencintai kehidupan. Selain memperkokoh komitmen kebangsaan, kegiatan ini juga mempertegas Permabudhi sebagai organisasi yang ramah lingkungan,” ujarnya.
Suzanna menambahkan, konsep nilai-nilai Buddhis sejalan dengan nasionalisme, terutama dalam merawat keberlanjutan lingkungan. Pesan ini disampaikan kepada peserta sebagai pengingat bahwa cinta tanah air tidak hanya diwujudkan dengan persatuan, tetapi juga dengan menjaga alam sebagai sumber kehidupan bersama.
Kegiatan ini juga mendapat dukungan langsung dari pemerintah. Pembimas Buddha Sulsel, Sumarjo, S.Ag., M.M hadir menyemangati para peserta. Dalam arahannya, Pembimas Buddha Sulsel mengapresiasi terselenggaranya kegiatan ini yang dianggap bermanfaat bagi generasi muda Buddhis.
“Melalui Kemah Merdeka, kita tidak hanya merayakan kemerdekaan, tetapi juga memperkuat identitas dan kebersamaan sebagai umat Buddha yang cinta tanah air,” pesannya.
Suasana ceria tampak jelas sepanjang kegiatan. Para peserta antusias mengikuti setiap sesi, mulai dari permainan kelompok hingga refleksi tentang arti kemerdekaan. Sejuknya udara Malino semakin mempererat ikatan kebersamaan, menjadikan kemah ini bukan sekadar perayaan, tetapi pengalaman mendalam yang akan membekas di hati.

Bagi para peserta, Kemah Merdeka adalah momen untuk saling mengenal lintas vihara, membangun karakter, dan meneguhkan rasa syukur atas kemerdekaan. Lebih dari itu, kegiatan ini menjadi wadah bagi generasi muda Buddhis untuk memahami bahwa cinta tanah air dapat diwujudkan dengan menjaga persatuan, merawat lingkungan, dan menebarkan nilai-nilai welas asih.
Permabudhi Sulsel berharap semangat yang tumbuh dari Kemah Merdeka di Malino terus berlanjut. Semangat nasionalisme, cinta tanah air, dan kebersamaan diharapkan menjadi inspirasi bagi umat Buddha untuk terus berkontribusi dalam menjaga Indonesia yang damai, rukun, harmonis, dan berkelanjutan.