Perayaan Cap Go Meh di Kota Makassar telah berkembang menjadi festival yang sarat akan makna kebudayaan dan keberagaman. Dengan sentuhan khusus dari Dr. Ir. Yonggris Lao., M.M, Ketua Persatuan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi) Sulawesi Selatan, Jappa Jokka Cap Go Meh kini tidak hanya sekadar menjadi penutup rangkaian Tahun Baru Imlek, tetapi juga menjadi simbol kebersamaan dan kerukunan di tengah-tengah masyarakat yang beragam.
Mari kita telusuri lebih jauh sejarah, tujuan, dan dampak sosial dari festival yang kini menjadi warisan budaya bagi Makassar.

Apa Itu Cap Go Meh?
Cap Go Meh, yang berasal dari bahasa Hokkian, secara harfiah berarti “malam ke-15”. Ini menandai malam terakhir dari rangkaian perayaan Tahun Baru Imlek, yang biasanya berlangsung selama dua minggu. Perayaan ini dikenal dengan tradisi festival lampion di mana lampion berwarna-warni menghiasi jalan-jalan sebagai simbol harapan, keberuntungan, dan pengusir hal-hal buruk.
Dalam budaya Tionghoa, Cap Go Meh juga diiringi dengan berbagai kegiatan seperti pertunjukan barongsai, arak-arakan, dan doa di wihara. Di beberapa negara, Cap Go Meh juga dikaitkan dengan perayaan kasih sayang keluarga dan persatuan. Di Indonesia, khususnya di Makassar, perayaan Cap Go Meh mendapat warna yang unik dengan adanya sentuhan budaya lokal yang melibatkan masyarakat Bugis, Makassar, Toraja dan Mandar.

Jappa Jokka Cap Go Meh : Bertemunya Ragam Budaya di Makassar
Perayaan Cap Go Meh di Makassar awalnya dikenal sebagai Pasar Malam Cap Go Meh, yang pertama kali digagas oleh tokoh-tokoh Tionghoa setempat, termasuk Dr. Yonggris. Tradisi ini telah berlangsung sejak puluhan tahun yang lalu sejak 2004. Namun, di bawah inisiatif dan arahan Dr. Yonggris, yang kini menjabat sebagai Ketua Permabudhi Sulawesi Selatan, perayaan ini dikembangkan menjadi “Jappa Jokka Cap Go Meh”.

Jappa Jokka berarti “jalan-jalan” dalam bahasa lokal Makassar dan Bugis. Perubahan ini bukan hanya pada nama, tetapi juga dalam konsep acara yang kini menggabungkan unsur-unsur budaya Tionghoa dengan tradisi lokal Sulawesi Selatan. Jappa Jokka Cap Go Meh kini menjadi ajang bertemunya berbagai budaya, kuliner, dan tradisi lokal, menjadikan festival ini lebih inklusif dan terbuka untuk seluruh masyarakat.

Menguatkan Spiritualitas, Merawat Kebudayaan
Salah satu tujuan utama dari Jappa Jokka Cap Go Meh adalah mengintegrasikan elemen budaya, kuliner, edukasi, dan spiritualitas ke dalam satu acara besar yang dapat dinikmati oleh semua lapisan masyarakat. Festival ini bukan hanya sekadar ajang hiburan, tetapi juga menawarkan nilai-nilai edukatif dan spiritual.
Dalam aspek kuliner, Jappa Jokka Cap Go Meh menampilkan berbagai makanan khas Tionghoa, Bugis, Makassar, Mandar, juga kuliner Moderen. Makanan menjadi simbol dari persatuan dalam keberagaman, di mana berbagai cita rasa dari budaya yang berbeda disajikan dalam satu perayaan.
Dari sisi edukasi dan budaya, festival ini menampilkan parade baju adat dari berbagai daerah, pertunjukan seni tradisional seperti Barongsai, Paraga Bugis, Dialog Lintas Etnis dan keterlibatan komunitas Bissu dari Wajo, Bone, dan Soppeng. Melalui acara ini, masyarakat diajak untuk saling belajar dan memahami budaya masing-masing, yang akhirnya memperkuat ikatan sosial antar-komunitas.
Di sisi spiritualitas, festival ini tetap menjaga akar tradisinya dengan mengadakan ritual keagamaan di klenteng-klenteng, serta prosesi Mappassili, yang merupakan upacara pemberkatan kota Makassar. Hal ini mempertegas bahwa selain sebagai ajang budaya, Jappa Jokka Cap Go Meh juga menjadi ruang spiritual bagi masyarakat Tionghoa untuk memanjatkan doa.

Jappa Jokka Cap Go Meh sebagai Perekat Sosial
Jappa Jokka Cap Go Meh bukan sekadar festival budaya, tetapi juga memiliki dampak sosial yang signifikan. Acara ini berfungsi sebagai perekat sosial yang mempertemukan berbagai etnis dan budaya dalam satu ruang yang penuh dengan kehangatan dan kebersamaan.
Di Makassar, yang dikenal sebagai kota multietnis, Jappa Jokka Cap Go Meh berperan dalam menciptakan interaksi lintas budaya. Warga dari berbagai latar belakang budaya berpartisipasi dalam acara ini, baik sebagai pengunjung maupun sebagai pelaku budaya. Melalui interaksi ini, masyarakat Makassar semakin memahami bahwa keberagaman adalah aset berharga yang harus dijaga dan dilestarikan.

Legasi Permabudhi yang Mengunggah Jiwa
Di bawah kepemimpinan Dr. Yonggris Lao, Permabudhi berperan besar dalam mengembangkan Jappa Jokka Cap Go Meh menjadi festival budaya, kuliner, dan spiritual yang inklusif. Yonggris memimpin transformasi festival ini menjadi acara yang lebih dari sekadar perayaan Imlek—tetapi juga sebagai ruang edukasi budaya dan perekat sosial antar-etnis.
Permabudhi berkolaborasi dengan pemerintah kota untuk menjadikan Jappa Jokka Cap Go Meh sebagai event tahunan yang resmi dan bagian dari promosi budaya kota Makassar. Dengan konsep yang matang dan melibatkan berbagai elemen budaya lokal, festival ini kini menjadi salah satu ajang yang dinanti-nantikan oleh masyarakat Makassar setiap tahunnya. Peran Permabudhi dalam mengemas acara ini telah memberikan wajah baru bagi Makassar, menjadikannya sebagai kota yang inklusif dan menghargai keberagaman.

Makassar Sebagai Rumah Untuk Semua
Salah satu pesan penting dari Jappa Jokka Cap Go Meh adalah bahwa Makassar adalah rumah bersama bagi semua etnis. Perayaan ini mengajarkan pentingnya toleransi dan penghargaan terhadap keberagaman. Dalam setiap kegiatan yang digelar, festival ini memperlihatkan bagaimana budaya yang berbeda dapat hidup berdampingan dengan harmonis.
Keberagaman etnis di Makassar, yang meliputi Tionghoa, Bugis, Makassar, Mandar, Toraja, dan lainnya, bukanlah hal yang memisahkan, tetapi justru memperkaya identitas kota ini. Jappa Jokka Cap Go Meh menjadi simbol dari persatuan dalam keberagaman, di mana setiap budaya diberikan ruang untuk tampil dan diakui.
Jappa Jokka Cap Go Meh adalah warisan budaya yang membawa pesan kuat tentang toleransi, kerukunan, dan penghargaan terhadap keberagaman. Di bawah arahan Dr. Yonggris Lao dan Permabudhi, festival ini berhasil berkembang menjadi ajang budaya, kuliner, dan spiritual yang inklusif. Dengan menjadikannya sebagai event tahunan yang resmi, Jappa Jokka Cap Go Meh kini menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas Kota Makassar.
Lebih dari sekadar festival, Jappa Jokka Cap Go Meh adalah simbol kebersamaan yang mempertemukan berbagai lapisan masyarakat dalam satu perayaan yang kaya akan makna. Festival ini mengajarkan bahwa dalam keberagaman, kita bisa menemukan kesatuan yang memperkuat identitas kita sebagai masyarakat yang inklusif dan penuh toleransi.